Kamis, 08 November 2012

BUDAYA PERUSAHAAN / PABRIK

BUDAYA PERUSAHAAN/PABRIK

•    Sukses merupakan hasil kerjasama yang didukung prakarsa perseorangan.
•    Senantiasa berorentasi pada pertumbuhan dengan menciptakan dan memanfaatkan peluang.
•    Mutu melandasi setiap perilaku
STRATEGI DAN KEBIJAKAN USAHA
Dalam upaya mewujudkan misi perusahaan tahun anggaran 2008, manajemen menetapkan strategi korporat, strategi bisnis serta kebijakan usaha sebagai berikut
Strategi Korporat
Dalam upaya mencapai target dan sasaran kinerja perusahaan tahun 2008, strategi korporat yang dipilih adalah : kombinasi stabilitas dan pertumbuhan dengan memantapkan usaha pokok dan bukan usaha pokok yang menguntungkan.
Strategi Bisnis
•    Memantapkan usaha pokok melalui peningkatan produktivitas dan overall cost leadership untuk memperoleh harga pokok produksi kompetitif dan menghasilkan produk dengan mutu sesuai permintaan pasar
•    Aliansi usaha untuk meningkatkan kinerja usaha pokok dan mengembangkan usaha pendukung secara selektif
•    Mengembangkan sumber energi alternatif yang bersumber dari lingkungan industri sendiri
Kebijakan Usaha
Untuk mendukung keberhasilan strategi yang dipilih, kebijakan yang ditempuh manajemen mencakup :
•    Menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance dan code of conduct di semua direktorat/bidang/unit usaha
•    Meningkatkan produktivitas
•    Mengembangkan kemampuan sumber daya manusia
•    Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sumber daya
•    Meningkatkan dan menjaga mutu
•    Mengembangkan dan memperluas penjualan
•    Meningkatkan built – in control dan early warning system
http://www.ptpn-11.com/about/budaya-perusahaan

BUDAYA KERJA RUMAH SAKIT

Budaya Kerja Rumah Sakit

BUDAYA berasal dari kata buddhayah (bahasa Sansekerta), yang berarti budi dan akal. Bangsa yang berbudaya dapat dilihat dari tingginya tingkat budi dan akal serta keanekaragaman hasil budayanya.
Contohnya bangsa Jepang, India, Arab, Cina, juga Indonesia. Dalam hal organisasi, misalnya rumah sakit, tinggi-rendahnya budaya organisasi dapat dilihat dari tingkat komitmen anggota rumah sakit terhadap nilai-nilai dan keyakinan, sejak pimpinan hingga ke semua lapisan karyawannya.
Faktor nilai-nilai dan keyakinan dasar tersebut sangat berperan dalam membentuk etika, sikap, perilaku anggota organisasi dan membentuk cara pandang mereka terhadap masalah, baik internal maupun eksternal yang dihadapi dalam kehidupan berorganisasi.
Di beberapa rumah sakit, suatu rencana strategik (renstra) yang telah berhasil disusun oleh suatu tim khusus dan disahkan oleh pimpinan tidak berjalan mulus dalam penerapannya.
Sebab hal itu terjadi karena ternyata tidak didukung oleh komitmen karyawan terhadap nilai-nilai dan keyakinan dasar. Untuk membangun komitmen tinggi itulah diperlukan dukungan suatu kultur atau budaya organisasi rumah sakit yang positif.
Budaya adalah suatu dampak dari proses yang berkesinambungan. Proses terjadinya suatu budaya dimulai dari tindakan misalnya bekerja hati-hati yang terjadi berulang-ulang menjadi kebiasaan, yang apabila terus berlangsung lama menjadi tabiat berhati-hati individu.
Apabila suatu kelompok individu mempunyai kesamaan tabiat berhati-hati maka dapat disebut bahwa budaya kerja kelompok tersebut adalah budaya berhati-hati. Jadi budaya kerja organisasi adalah bentuk etika, sikap, perilaku dan cara pandang bersama dari kelompok yang tergabung dalam organisasi tersebut terhadap setiap masalah atau perubahan lingkungan yang bervariasi.
Ada empat macam fungsi budaya kerja yang sangat penting dalam membawa organisasi menuju sukses. Pertama, identitas organisasi (simbol dan harapan), sehingga anggota organisasi merasa bangga terhadap organisasinya dan pihak eksternal menaruh respek.
Kedua, kestabilan organisasi sehingga secara internal seluruh karyawan merasa tenang dan yakin, demikian pula pihak eksternal yang berkepentingan. Ketiga alat pendorong organisasi, sehingga mampu menjadi dasar dan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi. Keempat, komitmen organisasi sehingga mampu sebagai katalisator dalam membentuk komitmen untuk pelaksanaan berbagai ide atau suatu rencana strategis.
Budaya Melayani
Bagaimana mengembangkan budaya kerja positif di rumah sakit?
Memahami arti dan fungsi budaya kerja, maka di lingkungan rumah sakit perlu dikembangkan suatu budaya kerja ke arah positif, maksudnya budaya kerja yang mendukung pencapaian visi, misi dan tujuan. Sementara budaya organisasi timbul dari budaya kelompok individu yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Adanya perubahan positif, baik etika, sikap, perilaku maupun cara pandang individu, yang berkembang menjadi tabiat kelompok individu (dari atasan hingga bawahan), maka akan membentuk perubahan budaya kerja baru yang positif pula.
Sesuai dengan perkembangan baru dalam paradigma pelayanan, budaya kerja rumah sakit yang positif adalah budaya kerja melayani. Caranya adalah dengan contoh membiasakan arah orientasi tindakan dan sikap serta perilaku kepada kepentingan orang lain yang dilayani, bukan kepentingan diri sendiri.
Namun, apabila orientasi tindakan ke arah kepentingan diri sendiri akan bertentangan dengan “budaya kerja melayani” tersebut di atas. Contoh tindakan yang negatif adalah karyawan rumah sakit yang suka membolos atau terlambat datang. Kemudian perawat yang kurang perhatian terhadap pasien orang miskin, dan dokter menyuruh pasien membeli obat atau alat di apotik tertentu.
Apabila tindakan yang positif dari setiap individu dapat dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus akan menghasilkan tabiat positif. Pada akhirnya secara kelompok akan menghasilkan budaya kerja positif.
Jadi budaya kerja positif apapun yang akan kita kembangkan, yang penting pelaksanaannya harus secara konsisten, mulai dari pimpinan dan terus menerus. Kesiapan rumah sakit menghadapi AFTA, di mana negara-negara ASEAN sudah mengikat diri untuk liberalisasi perdagangan jasa kesehatan secara global sesuai GATS (General Agreement on Trade of Services) .
Yakni Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Sedangkan Indonesia baru memberi komitmen pembebasan perdagangan pada lima sektor jasa, yakni telekomunikasi, industri, pariwisata, angkutan laut dan keuangan. Indonesia belum menentukan jadwal pembebasan perdagangan sektor jasa kesehatan secara global.
Namun untuk tingkat AFTA telah kita rasakan adanya nuansa liberalisasi masuk Indonesia, dengan bukti sudah masuknya industri jasa kesehatan dan promosi proaktif dari Singapura, Thailand dan Malaysia beberapa waktu belakangan ini.
Pertanyaan yang selalu melekat, sudah siapkah kita menghadapi era ini? Pada prinsipnya kiat umum menghadapi persaingan bebas adalah dengan memperkuat faktor internal dan daya saing, serta mewaspadai faktor-faktor eksternal misalnya peraturan, UU, tuntutan masyarakat, perkembangan iptek.
Bagi rumah sakit di Jawa Tengah ada beberapa kiat alternatif yang dapat dipilih. Misalnya organisasi pembelajaran, sadar posisi strategik yang diikuti penyesuaian visi, misi dan strategi. Kemudian mengembangkan budaya belajar terus menerus, aliansi strategik,kerja sama pemasaran antarrumah sakit dalam hal askes.
Juga bisa ditempuh pola pengembangan budaya kerja sama. Meningkatkan citra positif rumah sakit dan partisipasi masyarakat dengan cara mengembangkan budaya melayani, serta meningkatkan mutu pelayanan bagi semua karyawan.(33)
http://www.suaramerdeka.com/haria
n/0310/14/kha2.htm

BUDAYA KERJA KANTOR

KANTOR DAN BUDAYA KERJA

Sebelum menentukan tujuan dan prinsip kerja di perusahaan, ada baiknya untuk memahami tingkat politik kantor di tempat kerja. Persoalannya, politik kantor selalu tidak berwujud dan dampaknya sangat luar biasa buat budaya kerja perusahaan. Diperlukan intuisi kepemimpinan yang sangat tangguh untuk memahami dan mengelola politik kantor menjadi sesuatu yang positif buat perusahaan, bisnis, manajemen, dan karyawan.
Politik kantor terjadi oleh beragamnya karakter dan kepentingan dari individu dan kelompok. Politik kantor yang terkelola dengan baik akan mampu menyelaraskan kekuatan sumber daya manusia dalam motivasi, fokus, dan pilihan berkualitas.
Bila politik kantor tidak terkelola dengan baik, maka konflik negatif akan menjadi ancaman serius dalam pencapaian kinerja dan prestasi. Dampak dari konflik negatif adalah munculnya stres dalam perusahaan; munculnya perilaku karyawan yang saling antagonis; munculnya gosip dan rumor negatif; menghilangnya etika, moral, dan kecerdasan emosional yang semakin miskin terhadap profesionalisme.
Budaya kerja harus dibangun berdasarkan visi yang dapat dikerjakan secara bersama-sama. Artinya, setiap karyawan dan pimpinan di perusahaan harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang terlihat di depan sana untuk diperjuangkan bersama. Hal ini akan memberi kekuatan fokus yang dapat menyatukan setiap karakter, kepentingan, ide-ide, dan pola pikir dalam satu tujuan bersama yang jelas dan terang.
Melalui kebiasaan untuk brainstorming karyawan dan pimpinan dapat menghindarkan diri dari politik kantor negatif. Melalui brainstorming setiap pihak yang berkepentingan dapat duduk bersama untuk memetakan pikiran. Lalu, menciptakan satu format yang kuat untuk menampung ide-ide cemerlang dari pihak-pihak yang berkontribusi. Artinya, jika setiap gagasan atau ide-ide mengalir pada proses yang benar, maka politik kantor akan menjadi lebih produktif untuk menghasilkan karya, prestasi, dan kinerja yang luar biasa.
Pengorganisasian yang baik terhadap setiap kepentingan dalam perusahaan akan memperkuat kerja sama. Pengorganisasian berarti mampu mengidentifikasi komponen dan subkomponen, urutan atau peristiwa, dan prioritas. Ini adalah tahap di mana pihak manajemen harus dapat menggunakan struktur dan kelengkapan organisasi untuk menyusun strategi yang andal buat memenangkan sasaran tertinggi perusahaan.
Politik kantor dan budaya kerja selalu akan berada dalam satu bentuk, walaupun berbedah warna dan kepentingan. Tetapi, bila politik kantor dilakoni secara positif dalam niat baik, maka politik kantor dapat berkontribusi secara luar biasa untuk memperkuat budaya kerja perusahaan.
http://djajendra-motivator.com/?p=2162